Ada seorang pemuda yang setiap harinya menggunakan angkutan umum ke kantor. Untuk mencapai loket pembelian karcis, pemuda itu harus menaiki jembatan penyebrangan yang tidak pendek. Pemuda itu telah melewati jembatan penyebrangan hampir dua tahun lamanya.
Suatu pagi, ketika ia ingin membeli karcis dengan uang Rp. 20.000,- an, pemuda itu tidak berhasil memperoleh karcis karena waktu itu masih gelap dan sepi, sehingga di loket tersebut belum ada kembalian. Muncul perasaan bingung pada diri pemuda itu karena ia tidak memiliki uang pecahan yang tersisa di dompet pemuda itu. Disisi lain, ia sudah ada janji petemuan di kantor. Tidak ada cara lain selain ia harus kembali menaiki jembatan yang tidak pendek itu untuk menukar dengan membeli sesuatu di warung sebrang jalan.
Ketika pemuda itu berbalik badan hendak melangkah meninggalkan loket, tiba-tiba seorang bapak menyodorkan uang kecilnya kepada petugas loket. Ternyata, bapak itu membeli dua buah karcis dan memberikannya kepada pemuda sebuah karcis, sehingga pemuda itu dapat melanjutkan perjalanan menuju tempat kerja dengan menggunakan angkutan umum tersebut.
Disepanjang jalan, pemuda itu merenungkan kejadian yang baru dialaminya. Kemudian, ia teringat akan kejadian yang serupa yang terjadi di waktu silam. Tetapi, yang berbeda adalah pada kejadian itu justru si pemuda yang membantu seorang korban pencurian yang sedang kebingungan karena uangnya yang hilang, sehingga tidak bisa membeli karcis.
Cerita diatas menggambarkan bahwa kita harus memulai perbuatan baik dari diri kita sendiri saat ini kepada orang lain. Karena bagaimana mungkin kebaikan orang lain dapat kita rasakan, tanpa terlebih dahulu kita berbuat baik kepada orang lain?
oleh:
-Davit Setiawan - (reposting)