Hari ke-29 Romadhon.
Pagi-pagi sekali ba'dha sholat subuh, sengaja saya cepat-cepat pulang ke rumah karena banyak yang harus diselesaikan. Saya teringat bahwa zakat fitrah saya sekeluarga belum saya siapkan untuk dibagi-bagikan. belum lagi cucian kotor yang masih banyak dan tergeletak di tempat cucian.
Tiba di rumah, saya langsung masukkan cucian ke mesin cuci. Sambil mesin cuci saya bekerja mengikuti urutan kerjanya, saya siapkan beras dan kantong-kantong plastik saya bungkus 5 kantong untuk saya dan keluarga serta satu pembantu.
Alhamdulillah,........ Acara bungkus-bungkus beras berakhir hampir bersamaan dengan mesin cuci saya selesai mengerjakan tugasnya. oh ya,.... mengapa saya kerjakan ini semua sendirian? :) Diawal saya belum cerita kalo keluarga saya sudah saya pulangkan ke kampung halaman beberapa hari sebelumnya agar bisa berlebaran di kampung dan saya karena terkait dengan tugas kantor mengharuskan saya stand by di kota saya bekerja.Setelah cucian telah saya gantung semuanya di jemuran. Saatnya saya cantolkan 5 kantong beras yang sudah saya siapkan di "Mio" saya langsung saya tancap kendaraan saya keluar rumah mencari sasaran/target.
Siapa sasaran saya? Saya teringat kajian rambu-rambu siapa-siapa yang berhak menerima zakat yaitu 8 asnaf:
1. Fakir
2. Miskin
3. Amil zakat
4. Muallaf
5. Riqaab (Budak)
6. Gharimiin (orang yang menanggung hutang dengan indikasi tidak mampu menyahurnya)
7. Fi sabilillah
8. Ibnu sabil
Tentang penjelasan zakat ini akan saya jelaskan ditulisan berikutnya.
Nah,... sasaran saya adalah ibu-ibu tukang sapu kompleks/perumahan saya. Karena saya yakin mereka termasuk dalam kategori 1 dan 2 diatas. Mereka, bekerja untuk membantu para suaminya yang bekerja rata-rata sebagai kuli bangunan di perumahan saya.
Subhanalloh,.. berapa gaji seorang tukang sapu? Hanya 300 ribu sebulan.
Dimana mereka tinggal? dipinggiran area perumahan dengan hanya bermodal papan-papan sisa bangunan sebagai dinding dan papan dilapisi terpal atau plastik sebagai atapnya. Luasan bangunan mereka masing-masing sekitar 2x2 meter dan biasanya saling berdempetan/berkelompok. mungkin biar menghemat salah satu dinding ruang untuk bisa dipakai secara bersama-sama.
Tidak berapa lama saya temukan 2 orang ibu-ibu tukang sapu, mereka sedang menjalankan tugasnya di pinggir jalan kompleks. Mereka tidak mengetahui kehadiran saya mungkin sedang fokus dengan pekerjaannya. Kusapa mereka, kusampaikan 2 kantong plastik itu.
"Mohon maaf Bu. ini ada beras untuk ibu berdua," sambil kuserahkan kantong beras tsb.
"Alhamdulillah Pak, terima kasih," jawab mereka serempak.
"Saya terima kasih juga bu," jawab saya. Dalam hati, saya berkata. sayalah yang seharusnya berterima kasih. karena ibu memberikan pahala kepada saya dan keluarga karena ibu telah menerima zakat saya.
Sekejap saya meluncur ke sisi lain dari kompleks saya untuk mencari mereka kembali. Tidak beberapa saat, telah saya temukan kelompok ibu-ibu tukang sapu yang lain, kali ini ada 3 orang.
Alhamdulillah,... langsung selesai tugasku nih. Guman saya.
"Assalamu'alaikum, Ibu!" kata saya, menghentikan pekerjaan mereka.
"Wa'alaikum salam, njeh Pak. ada yang bisa saya bantu?" kata salah satu dari mereka.
"Ini Bu, ada beras... zakat fitrah dari saya dan keluarga saya buat ibu bertiga!"
"Alhamdulillah,....... terima kasih Pak," jawab mereka serempak.
Satu hal yang membuat saya tertegun, kelima ibu-ibu ini menerima pemberian saya semuanya mereka menyampaikan kalimat yang tidak asing; Alhamdulillah (Segala puji bagi Alloh).
Kalimat ini terasa menggetarkan hati saya. Kalimat yang kadang saya lupa mengucapkan tatkala mendapat nikmat.
Sedang mereka yang menurut saya ekonominya jauh dibawah saya. Mereka sadar sesadar-sadarnya, bahwa rejeki mereka sekecil apapun adalah karunia dari Nya. dan wajar mereka mengucapkan Alhamdulillah walaupun hanya sekantong beras yang nilainya tidak lebih dari 30 ribu rupiah.
Ya... Alloh, ampuni hambaMu ini.
Jadikan hamba, menjadi seorang hamba yang pandai bersyukur atas nikmat Mu. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar